[Life Journal] Kok bisa ‘Paboel’?

FAQ:


“Kenapa sih, kok bisa dipanggil ‘Paboel’?”

“Paboel itu apa sih artinya?”

“Paboel tuh nama asli ya? Nama marga ya?”

“Kenapa nama blognya ‘paboel’?”

~~~

Well to the well, well, well.

Berkali-kali dihadapkan dengan kenyataan hidup yang begitu menyakitkan, lama-lama capek juga *lho/plak!/* maksudnya, berkali-kali aku dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, lama-lama capek juga. Penjelasannya cukup panjang soalnya, kadang suka malas dan bosan ngejelasinnya euy. Maka dari itu, aku akan paparkan jawabannya disini. Jadi, kalau nanti ada yang tanya-tanya lagi, baik secara langsung mau pun melalui sosial media, langsung aku kasih link kesini aja. Lumayan kan, nggak capek ngetik & ngejelasin panjang lebar, dan bisa nambah readers and viewers EHEHEHE.

OK! Langsung saja kita jawab!

Sejarah Filosofis ‘Paboel’


“Kenapa sih, kok bisa dipanggil ‘Paboel’?”

A long time ago, aku duduk di bangku kelas 6 SD. Sedihnya, meskipun udah paling senior di SD, tinggiku nggak nambah-nambah. Tetap paling pendek seangkatan. Eh? Apa terpendek kedua ya? Yah, pokoknya masuk tiga besar terpendek seangkatan deh. Kalau ditanya ada awardsnya atau enggak, ya enggaklah! Sebenarnya sih pendek nggak apa-apa ya, kan nantinya juga bisa tumbuh. Tapi ya biasalah, namanya juga anak-anak, sering kata-kataan. Bodohnya diriku, memilih teman yang rata-rata bertubuh tinggi. Jadilah diriku semakin eye-catching. Dan teman-temanku menjadi terpancing. Terpancing untuk meledeki aku tentunya.
Kurang lebih seperti ini perbedaan tinggi badanku dengan teman dekatku :)
“Cebol”, “Kuntet”, “Pendek” adalah kosa kata yang sering kali terdengar oleh telingaku. Tapi ya aku mah sabodo teuing, nggak sakit ati juga. Kadang-kadang aja iri sama yang badannya tinggi. Tapi ya kebal aja, selaw kayak di pulaw.


Sampai tibalah waktunya, ‘kata-kataan’ bukanlah hal yang sering teman-temanku lakukan. Mereka dengan baik hati berdiri di sampingku, lalu memegang kepalaku, serta mengelus kepalaku, tepatnya jilbabku sih ya hahaha. Eits, ngelusnya bukan ngelus sayang, tapi ngelus ngeledek! Mereka secara tidak langsung menunjukkan bahwa aku teramat pendek sampai mereka bisa memegang batok kepalaku dengan mudahnya.
Kurang lebih ilustrasinya gini guys!

Lalu…
Ada salah satu temanku yang awalnya berniat meledekku untuk yang kesekian kalinya, tetapi ia malah menemukan sesuatu yang tak terduga! Ayo tebak, apa yang ditemukannya?!?!?!


“Bumi bulat!” eh salah, maksudnya “Kepalaku bulat!”



Masih teringat jelas dalam ingatanku bagaimana percakapan bertahun-tahun yang lalu itu terjadi….
T: “Syif, kok kepala you bulat banget?” *sambil megangin sekaligus observasi bentuk kepalaku*
A: “Ah masa sih?”
T: “Iya serius bulat banget deh” *diverifikasi lagi kebulatannya*
A: “Perasaan biasa aja deh”
T: “Yee, dasar ‘Pabul’ you!”
A: “Hah, ‘Pabul’?”
T: “Yoi, Pala BULat hahaha”
A: “Hmm…”

Nb= T = Temanku; A = Aku.
Btw, itu di SD memang ngomongnya “ana, you” ya, plis jangan diketawain. Anggap saja itu bentuk akulturasi dalam komunikasi :))

Dan sejak itulah, ‘Pabul’ menjadi panggilan tersohorku. Awalnya nggak nyaman, kesal dipanggil begitu. Tapi, setelah kupikir-pikir lagi, panggilannya oke juga dibanding ‘kuntet’, ‘pendek’, dsb. Akhirnya aku menerima panggilan tersebut, dan bangga punya panggilan ‘pabul’. Dan kebanggaan tersebut aku salurkan ke Facebook. Aku ganti display name Fb-ku dengan nama “Syifa Paboel”. (kok syifa bukan aisyah? Hehe, dulu lebih sering dipanggil syifa soalnya). Oya, jangan tanya kenapa aku ganti ‘u’ dengan ‘oe’. Itu kan ngikutin ketentuan ejaan lama!
Dulu sih display name utama, sekarang udah ganti he he he

Ehehe, sebenarnya ‘pabul’ diganti ke ‘paboel’ karena pada saat itu merupakan zaman kealayan aku dan teman-temanku. Dimana ‘u’ ditulis ‘oe’, dimana ‘yang’ ditulis ‘yank’, dimana ‘nggak’ ditulis ‘gx’ hahaha. Dan teman-temanku juga lebih suka manggil ‘p-a-b-o-e-l’ dibanding ‘p-a-b-u-l’. Lebih enak dilafalkan katanya.

Dan dari situlah, aku selalu menggunakan nama ‘paboel’ di hampir semua sosial mediaku. Dari situ juga “paboel” lebih terkenal dibanding nama asliku. Bahkan ada banyak teman SMP dan SMAku yang mengenalku tapi tidak tahu nama asliku, mereka hanya tahu ‘paboel’, ok banget!!







Jadi, semua pertanyaan sudah terjawab kan?
Atau masih kurang jelas?

“Paboel itu apa sih artinya?”
= PAla BOELat

“Paboel tuh nama asli ya? Nama marga ya?”
= yup, nama asli bikinan temen gueeehh, nama marga dari temen gueeeh hahaha


"Kok ada beberapa sosmed yang tulisannya 'pabooel' bukan 'paboel'?"

= Iya, karena waktu pertama kali ganti uname jadi paboel di twitter itu gabisa, karena udah ada yg pakai. Jadii, aku tambahin aja o nya he he he

“Kenapa nama blognya ‘paboel’?”
= baca yang bener dari atas yaaa shayyy hahaha


Comments

Popular posts from this blog

[BOOK REVIEW] Secangkir Kopi dan Pencakar Langit by Aqessa Aninda

[BOOK REVIEW] Nais Tu Mit Yu by Dina Mardiana

[BOOK REVIEW] Tentang Kamu by Tere Liye