[BOOK REVIEW] 4/4 - The Chronicles of Audy by Orizuka

Judul : 4/4 [The Chronicles of Audy #3]
No. ISBN : 978-602-7742-53-6
Penulis : Orizuka
Penerbit : Haru
Jumlah Halaman : 314 hlm
Kategori : Fiksi, Remaja


Hai. Namaku Audy.
Umurku masih 22 tahun.
Hidupku tadinya biasa-biasa saja,
sampai aku memutuskan untuk bekerja di rumah 4R
dan jatuh hati pada salah seorang di antaranya.

Kuakui aku bertingkah (super) norak soal ini,
tapi kenapa cowok itu malah kelihatan santai-santai saja?
Setengah mati aku berusaha jadi layak untuknya,
tapi dia bahkan tidak peduli!

Di saat aku sedang dipusingkan oleh masalah percintaan ini,
seperti biasa, muncul masalah lainnya.

Tahu-tahu saja, keluarga ini berada di ambang perpisahan!

Aku tidak ingin mereka tercerai-berai,
tapi aku bisa apa?

Ini, adalah kronik dari kehidupanku
yang masih saja ribet.

Kronik dari seorang Audy.

Sekilas Cerita 

Novel 4/4 merupakan bacaan ringan yang memiliki makna cukup mendalam. Rating penilaianku di buku ke 3 serial The Chronicles of Audy ini meningkat. Sungguh, selama membaca buku ke3 ini aku banyak tersenyum! Kupikir aku tidak gila, hanya terhibur. Oh, tepatnya sangat terhibur dengan segala-ketololan-yang-dibuat-oleh-Audy. Serius, gemas banget melihat tingkah Audy yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang mahasiswi UGM. Berbanding terbalik sekali dengan kegeniusan seorang Rex. Mungkin, kalau aku yang menjadi Rex, aku akan ilfeel padanya. Ah tidak juga, justru itulah daya tarik dari seorang Audy. Karakter polosnya (jika tidak mau disebut tolol) yang unik membuatnya disayangi oleh keluarga 4R. Dan ya, Audy juga penyayang dan mudah memahami perasaan orang lain.

“Kamu adalah entitas yang jadi kelemahan sekaligus kekuatanku; yang membuatku merasa lebih hidup.” –Rex, halaman 10.



Tokoh dan Karakter

Yang aku rasakan pada buku ke-3 ini adalah tokoh karakternya yang lebih menonjol. Aku merasa kenal lebih dalam dengan tokoh-tokohnya di buku 4/4 ini. Mulai dari Regan yang lebih terbuka. Romeo yang lebih menunjukkan kegunaan dirinya. Rex yang lebih banyak berbicara walaupun masih dengan embel-embel dinginnya. Rafael yang semakin memperlihatkan kegeniusannya. Dan Maura yang cukup banyak berinteraksi dengan Audy. Sayang sekali, di bab-bab awal, interaksi Audy dengan Romeo tidak sebanyak interaksi Audy dengan Rex. Padahal kehadiran Romeo-lah yang kutunggu-tunggu. Pada kenyataannya, teman-teman pembaca sangat menyukai adegan Rex-Audy di serial ini. Tapi tidak denganku. Aku #TeamRomeo as always. Bagi yang penasaran, aku sudah menjelaskan mengapa aku tidak menyukai Rex seperti yang lain di review 4R-ku. Disini. Yah, walaupun aku tidak bisa berbohong, aku juga tersipu-meleleh-ala-anak-abege, ketika Rex mengeluarkan kata-kata manisnya untuk Audy.

“Tapi kamu satu-satunya orang yang pengin aku ajarin soal logaritma itu.” –Rex, halaman 157.

But I still stand for you, Ro.


“Kamu tahu kan, kalau kamu lagi stres kamu selalu bisa datang ke aku.” –Romeo, halaman 189.


Alur dan Konflik

Soal alurnya tidak perlu kubahas panjang-panjang. Karena alurnya mengalir dengan cepat. Konfliknya juga lebih hidup dan complicated. Tidak sedatar konflik yang dipaparkan di buku keduanya, 21. Ugh, pokoknya seru! Sehingga aku tidak merasa bosan ketika membacanya. Malah aku merasa sulit untuk berhenti membacanya. Bahkan, saat di halaman terakhir pun, aku masih sulit menyadari bahwa aku telah menyelesaikannya. Ah, kenapa hanya sampai disini? I need more and more.

“Selama bareng aku, aku nggak akan membiarkan kamu stres.” –Romeo, halaman 217.




Ending

Untuk endingnya… HFFFFTTT! GEREGET BANGET! Kzl. Ada kejutan kecil di bab akhir. Jadi, buat kalian yang belum baca, jangan berani-beraninya intip halaman-halaman terakhir! JANGAN, OKE?! Kalian harus membacanya dari awal agar lebih terasa euphorianya. Ah, bisa-bisanya Kak Orizuka menggantungkan ending seperti itu. Tapi tak apa, aku tetap cinta terhadap serial ini. Guys, serial The Chronicles of Audy ini sangat aku rekomendasikan bagi kalian yang menyukai bacaan ringan dan teenlit.


Overall

Seperti yang sudah kubilang sebelumnya. Novel ini merupakan bacaan ringan yang memiliki makna cukup mendalam. Sederhana tetapi menusuk tepat pada intinya. Kak Orizuka berusaha menyampaikan pesan untuk kita agar lebih peduli terhadap keluarga kita yang masih ada. Aku… sangat tertampar. Intinya, cobalah untuk lebih memahami jalan pikiran keluargamu, terkhusus saudara/I kandungmu. Jangan hanya memikirkan diri sendiri, pikirkan juga tentang saudara/i-mu. Mereka punya alasan yang tepat untuk pemikiran itu. Kita hanya perlu mendengarkan dan memahaminya.


Comments

Popular posts from this blog

[BOOK REVIEW] Secangkir Kopi dan Pencakar Langit by Aqessa Aninda

[BOOK REVIEW] Nais Tu Mit Yu by Dina Mardiana

[BOOK REVIEW] Tentang Kamu by Tere Liye