[BOOK REVIEW] Rich Dad, Poor Dad by Robert T. Kiyosaki
Judul
: Rich Dad, Poor Dad
No.
ISBN : 978-602-03-3317-5
Penulis
: Robert T. Kiyosaki dan Sharon L. Lechter
Penerjemah
: J. Dwi Helly Purnomo
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah
Halaman : 238
Kategori
: Nonfiksi, Self Help, Economics
kucekrik asal |
Kilas Balik Cerita
Hello, guys! How do you do? Hahaha, anyway welcome back to my channel!
Lho, lho, apasiiik? Dikira ini YouTube kali, yaaah! Hahaha.
***
Halo,
semuanya! Aduh, ternyata waktu benar-benar berjalan dengan cepat ya. Sudah
setahun lewat aku tidak menulis review buku lagi di blog ini. Jadi, ini
adalah review buku pertamaku setelah satu tahun khilaf tidak sharing
review buku apapun, hiks! Semoga tahun 2020 ini aku bisa konsisten tiap
bulannya menulis review buku di sini, no skip-skip lah. Semoga reviewnya
bisa bermanfaat juga yaa. Aamiin.
Bismillah
ya, gengs. Oke deh, bingung mau basa-basi apalagi, kita langsung aja bahas soal
bukunya. Cuuus!
“Buku
apesiiiik? Fiksi lagi ya? Paboel kan doyannya fiksi.”
Wey, kali
ini, perdana banget nih! Aye
bahas nonfiksi booooo!!’ Asli, sampe di-bold kan wkwk.
“Judulnya
apa ceeuuu???”
Hadeuh,
baca baik-baik dan runut dari awal dong, kan sudah dikasih secara lengkap data
bukunya tuuch. Yang baca dengan baik dan runut, kalian tuuuh…
Memantul
alias memang mantap betul. Yuk, ah lanjut!
sumber: pinterest |
***
Buku Rich Dad, Poor Dad yang kubaca
merupakan buku edisi cetakan kedelapan belas yang terbit pada Maret 2005. Buku
tersebut kupinjam dari ayahku sendiri, yang ternyata sudah memilikinya sejak
bulan Juni tahun 2005. Beberapa bulan yang lalu, ayahku membaca ulang buku
tersebut. Judul dan warna cover bukunya cukup men-trigger seorang
aku-yang-malas-membaca-buku-nonfiksi hehehe. Namun, di edisi cetakan kedelapan
belas ini, tidak terdapat sinopsis di cover belakang bukunya. Sehingga aku
tidak dapat mengetahui secara sekilas arah bahasan dari buku ini. Walaupun dari
judulnya, sudah bisa terbayang sih, akan seperti apa arah pembahasan buku ini. Cover
belakangnya putih polosan banget asli!
Akhirnya, pada bulan Januari 2020,
aku menyempatkan waktu untuk membaca buku Rich Dad, Poor Dad ini. Bukunya
lumayan tipis, karena edisi cetakan kedelapan belas ini ukuran bukunya lumayan
panjang. Berbeda dengan edisi barunya, yang layout bukunya lebih kecil,
sehingga terlihat cukup tebal. Aku menyadari bahwa aku jarang sekali membaca
buku non fiksi, hanya sesekali saja. Sehingga aku menantang diriku sendiri pada
tahun ini untuk lebih banyak membaca buku non fiksi. Tujuannya sih, sebenarnya
untuk meningkatkan pengetahuan dan menyerap value yang dipaparkan di
dalam bukunya. Maklum, kebanyakan baca fiksi, jadi lebih sering mengkhayal
dibandingkan berpikir dengan jernih.
cover baru sumber: gpu.id |
Rasa-Rasa Saat Baca
Jujur, waktu awal-awal
baca buku ini, aku merasa semangat banget. Mungkin efek euphoria terhadap challenge
yang kubuat untuk diriku sendiri. Setelah baca beberapa halaman, belasan,
puluhan, mulai agak mogok-mogok dikit. Bukan, bukan karena bukunya membosankan.
Malahan yaaa, unexpectedly, buku ini menarik banget. Hanya saja, aku
tidak terbiasa baca buku nonfiksi, jadinya yaaah agak megap-megap. Butuh asupan
imajinasi dari buku fiksi, hahaha! Tenang, tenang… aku tetap setia dan fokus
baca buku ini dulu kok. Aku ngga mendua kok, ngggg. Dilahap sampai habis
terlebih dahulu, baru beralih ke buku fiksi lain.
Gaya Bapak (((bapak
dong))) Robert Kiyosaki dalam bercerita seperti memberikan kuliah yang asyik
kepada pembacanya, khususnya aku. Aku merasa senang dan cocok aja sih dengan
gaya penulisannya ini. Beliau mengisahkan kehidupannya ketika berumur sembilan
tahun, dan sudah berangan-angan untuk menjadi orang kaya. Tak hanya sekadar
menjadi angan-angan belaka, Robert Kiyosaki memulai langkah pertamanya untuk
menjadi orang kaya dengan berguru pada para pendahulu. Eits, pendahulunya
merupakan orang-orang penting sepanjang hidupnya, lho! Coba tebak siapa?
Yup, jawabannya adalah
kedua ayah yang dimiliki oleh Robert Kiyosaki. Beliau memiliki dua ayah yang
hebat-hebat namun berbeda pandangan dan jalan lintasnya dalam hal bertahan
hidup. Seperti judulnya, ayah satunya seseorang yang miskin, sedangkan ayahnya
yang lain merupakan orang kaya. Keduanya memberikan jawaban yang jelas jauh
berbeda ketika ditanya oleh penulis, “bagaimana caranya untuk menjadi orang
kaya?”
sumber: pinterest |
Serap Makna
Di buku ini, ada satu
quotes yang beberapa kali diulang-ulang oleh Robert Kiyosaki yakni,
“dunia akan selalu mempermainkan anda”
Simple,
but good message indeed.
Robert Kiyosaki dalam
buku ini pada intinya ingin mengajarkan kepada para pembaca untuk melatih
anak-anaknya atau bahkan dirinya masing-masing untuk pintar dalam mengelola
finansial. Dalam bukunya, beliau menekankan bahwa orang kaya tidak bekerja
untuk uang, namun uang yang bekerja untuknya. Seringkali sebagai manusia dengan
segala kebutuhannya yang tak terbatas, memilih untuk membatasi kemampuan
otaknya dalam berpikir. Yang dipikirkan paling utama ialah bagaimana cara untuk
mendapatkan uang banyak saja. Bukan bagaimana agar banyak uang yang bisa
bekerja untuk diri kita masing-masing.
Dengan kondisi global
yang semakin tidak menentu, memang sudah sepatutnya untuk melek terhadap
finansial. Bukan sekadar “melek,” akan tetapi bisa untuk memahami dasar-dasar dan
membedakan antara aset dengan liabilitas. Robert Kiyosaki mengartikan aset
sebagai sesuatu yang menaruh atau memasukkan uang ke dalam sakunya.
Intinya, aset itu bukan sekadar harta atau barang-barang berharga. Namun,
bagaimana sesuatu itu dapat memberikan tambahan pemasukan bagi beliau. Sedangkan
liabilitias merupakan kebalikan dari aset, yakni sebagai sesuatu yang
mengeluarkan uang dari saku. Menurut saya, penjelasannya ini cukup
sederhana dan dapat dipahami dengan sangat mudah. Dibandingkan dengan definisi
aset-liabilitas yang telah saya pahami sebelumnya di buku-buku pelajaran
akuntansi.
sumber: consumerreports.org |
Selain fokus pada aset
dan liabilitas, Robert Kiyosaki juga mendorong pembacanya untuk memulai usaha
atau bisnis sendiri. Kemudian usaha dan bisnis tersebut harus dijalankan dengan
sepenuh hati, jangan dijadikan sebagai sampingan saja. Beliau juga menyarankan
untuk memulai investasi. Nah, ada hal yang kusuka di buku ini. Cara beliau
memotivasi pembacanya sangat membebaskan, tidak memaksakan kehendak atau harus
sesuai preferensinya. Beliau secara tidak langsung mengajak pembacanya untuk
berpikir, investasi apa yang sekiranya cocok untuk dilakukan. Berdasarkan
sarannya sih, pilihlah investasi yang bidangnya kita sukai. Misalnya, aku suka
kamu… eeeeh, mulai ngaco! Misalnya aku tuh suka nulis, nah aku bisa
menginvestasikannya ke arah-arah kepenulisan atau perbukuan. Investasi yang
dimaksud di buku ini ngga cuma persoalan investasi bidang keuangan, tapi juga
pengetahuan.
Menurutku sih, buku ini
cocok ya untuk dibaca oleh kaum muda maupun kaum orangtua. Terutama yang mau
atau sudah punya anak sih, kayaknya cocok banget. Bisa menambah wawasan atau perspektif
tambahan terkait edukasi finansial terhadap anak-anak bahkan diri sendiri. Yah,
walaupun ada beberapa hal yang aku kurang setuju dengan statement Pak
Robert Kiyosaki di buku ini, aku tetap bisa menikmati buku ini, walau ada
mogok-mogoknya dikit, hehehe. Oiya, di buku Rich Dad, Poor Dad ini juga ada
bagian-bagian yang menjelaskan tentang pajak, korporasi, bahkan sedikit soal
McDonalds! Duh, jadi pengen McD hahaha.
sumber: mcdonalds.co.id |
Overall, buku ini menurutku bagus dan
layak untuk dibaca. Apalagi, kalau kalian-kalian lagi penasaran banget soal
finansial dan gimana caranya bisa mengelola aset dengan baik. Walaupun menuai
banyak ketidaksukaan dan kritik dari komen readers di Goodreads, banyak
juga kok yang menjadi terinspirasi dan menyukai serta pro terhadap pandangan
Robert Kiyosaki dalam bukunya yang ini. Kalau aku sih ada pronya, ada kontranya
juga. Dan kalau aku sih (lagi), jadi tertarik untuk baca buku-buku beliau yang
lainnya.
Jujur ya, kadang tuh
bingung mau kasih rate buku tuh berapa. Tapi yowislah, kukasih 3,5/5 lah
tuk buku Rich Dad, Poor Dad.
Sekian cuap-cuap buku
Rich Dad, Poor Dad dariku, sampai jumpa di cuap-cuap buku lainnya!
Comments
Post a Comment