[BOOK REVIEW] Jingga untuk Matahari by Esti Kinasih
Judul :
Jingga untuk Matahari (Jingga Series #3)
No. ISBN :
978-602-03-3723-4
Penulis :
Esti Kinasih
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah
Halaman : 448 hlm
Kategori :
Fiksi, Teenlit
Blurb:
Ari dan Tari
menjalani hari-hari penuh pelangi. Tari bahagia karena ternyata Ari cowok
lembut dan penuh perhatian. Sedangkan Ari gembira luar biasa ketika mendengar
Ata dan Mama akhirnya kembali ke Jakarta.
Namun, tanpa Ari
ketahui, selama ini Ata menyimpan kepedihan yang membuatnya bertekad
melampiaskannya kepada Ari dan Papa. Saat itulah Ari menyadari ada “kisah” yang
dia tidak tahu di antara papa dan mamanya.
Sementara itu,
Tari mulai bingung menata hati. Karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari
semakin tumbuh, Angga muncul lagi dan “nembak” langsung. Sebenarnya, apa yang
menjadi alasan Angga begitu dendam pada Ari dan bertekad merebut seseorang yang
paling berharga darinya?
“Kalo lo ngincer cewek yang udah punya cowok, rebut
dia di depan cowoknya. Jangan di belakang,” kalimat Ata itu terus terngiang di
benak Angga.
***
Kilas Balik Cerita
Jingga untuk
Matahari—atau disingkatnya menjadi JUM—merupakan salah satu novel teenlit yang
ditunggu bertahun-tahun lamanya oleh para penggemar setia tulisan-tulisan Kak
Esti Kinasih. Maka ketika official akun ig @bukugpu menyatakan JUM fix terbit 2017, siapa yang tidak histeris?
Akhirnya, penantian lama ini berakhir juga. Untuk aku sendiri, aku menunggu
kurang lebih 4 tahun. Dari aku masih duduk di bangku kelas 8 sampai sekarang di
tingkat nganggur (kelas 12 yang sudah UN tapi belum wisuda dan kuliah).
Novel JUM ini menceritakan kelanjutan kisah asmara Ari dan Tari. Sebenarnya
lebih tepatnya, tentang kisah hidup Ari sama Ata sih ya. Soalnya adegan Ari
sama Tari sedikit banget. Padahal di blurbnya kan dikatakan hubungan mereka
manis banget, hmm. Ternyata oh ternyata, tidak semanis yang kubayangkan.
Dan ada yang
bilang novel JUM ini merupakan prolog a.k.a. permulaan a.k.a. awal pengenalan
untuk novel JUS. Jadi yaaaa, selamat menikmati prolog ceritanya.
***
Plot
Di
halaman-halaman awal, aku masih super excited dan penasaran banget sama cerita
di JUM. Namun, setelah beberapa bab aku lalui, kok aku merasa bosan ya dengan
JUM? Akhirnya aku mencoba beralih ke buku lain, aku baca bukunya Jenny Han yang
judulnya P.S. I Still Love You terlebih dahulu. Setelah selesai membaca P.S. I
Still Love You, barulah aku meneruskan membaca JUM. Sebenarnya agak heran, karena
sebelumnya sangat excited dengan JUM. Eh, malah mogok bacanya.
Kalau boleh dibilang, sebenarnya agak kecewa dengan JUM. Kenapa ya? Karena 2/3
cerita di buku ini bikin aku pengen skip-skip aja, bosan soalnya. Alurnya
lumayan lambat, terutama di bab-bab awal. Selain itu, banyak narasi yang
menurutku terlalu bertele-tele. Dan lama-kelamaan aku merasa jalan ceritanya
terlalu dipaksakan. Yang tadinya fokus utamanya Ari-Tari, sekarang jadi Ari-Ata.
Jadi, sebenarnya agak bingung juga sih dengan alurnya Jingga series ini. Ini
mau menonjolkan tentang kisahnya Ari-Tari atau permasalahan Ari-Ata sih?
Soalnya Ata yang lebih banyak disorot di buku ini.
Tokoh dan Karakter
Berbicara
tentang tokoh dan karakter, di novel JUM ini banyak banget tokoh baru yang
bermunculan. Entah berapa kali aku bertanya-tanya sendiri, “lho, ini siapa
lagi?” tokoh lamanya saja sudah banyak yang lupa, dan ini tokoh barunya tambah
lagi. Jadi, aku sarankan baca ulang buku pertama dan keduanya dulu deh. Biar
nggak sibuk mengingat-ingat “Siapa dia? Dia siapa?”, soalnya cukup memperlambat
durasi baca.
Selain banyak
tokoh baru yang bermunculan, banyak juga tokoh lama yang karakternya berubah
drastis. Sosok Ari yang dulu terlihat tangguh dan kuat sebagai cowok, kok jadi
tampak begitu lemah disini? Sosok Tari yang dulunya takut-takut kok sekarang
jadi lebih berani? Sosok Papa yang sangat cuek dan tidak pedulian, kok jadi
begitu peduli? Perubahan karakter dari tokoh-tokoh lama ini membuatku senang.
Paling ya, Arinya aja sih, ayolah Ri, kenapa jadi lemah? :’)
Di JUM, Ridho
dan Oji jadi lebih eksis, lho. Disini Ridho dan Oji tidak lagi berdiam diri
dengan perubahan sikap Ari, mereka membantu Ari untuk tidak kalah dengan
keadaan. Mereka benar-benar menunjukkan kesetiaannya dengan Ari sebagai
sahabat.
Terakhir, tokoh
Ata sih yang bikin gemas banget. Eits, ‘gemas’ itu maksudnya minta ‘di-pi-tes’.
Karakternya Ata itu lho, ngajak ribut banget. Suka banget mincing-mancing
emosi. Kelebihannya JUM menurutku sih di tokoh Ata ini ya. Yang baru muncul
terus ngambil bagian yang banyak terus ngajak ribut. Kak Esti tahu aja ya, mana
sisi cerita yang bisa bikin ‘ngena’ banget buat pembacanya.
Konflik
Yang aku bilang
2/3 cerita ini minta di skip banget, itu serius lho. Soalnya konfliknya aja
baru memanas di sepertiga akhir ceritanya itu. Ketika aku sudah berhasil
menemukan titik konflik khas kak Esti, eh malah selesai ceritanya. Ngeselin
kan? Serius deh, 2/3 bukunya itu semacam prolog kehidupannya Ari-Ata. Jangan
mengharapkan konflik baper romansa ala-ala abegeh jaman sekarang di JUM ya.
Soalnya yang bikin baper ini kisah hidupnya Ari sama Ata, apalagi pas dialog
sama mamanya. Haduh:’)
Latar
Well, penggambaran
latar cerita di JUM bagus banget. Karena banyak menggunakan narasi yang
panjang, penggambaran latar tempat, suasana, dan waktunya tuh jelas banget.
Sudut Pandang
Kak Esti
menggunakan sudut pandang orang ketiga di novel JUM ini. Jadi pembaca bisa
dikatakan juga sebagai penonton.
Tata Kebahasaan
Seperti yang aku
bilang sebelumnya, novel JUM ini menghadirkan banyak narasi. Tetapi,
diksi-diksi yang dipakai Kak Esti tidak sembarang kata. Keren bangeeet. Bahkan,
menurutku terlalu bagus untuk dihadirkan di novel teenlit.
Untuk masalah
typo, seingatku sih nggak ada. Buku yang aku punya cetakan kedua sih, jadi
mungkin typo-typonya sudah diberantas waktu naik cetak kali kedua.
Ending
Komen aku buat
endingnya: “bvfiberuigvberoingvriihwerbwbyjtydgfrjvbdb4r548375qaweq”.
Hehehehehe. Udah gitu aja, gantung tingkat dewa sih, parah. Kak Esti, nulis
JUSnya jangan lama-lama plisL semangat ya, Kak Esti!!!
<3
Overall
Kalau ditanya
gimana perasaannya setelah baca JUM? Campur aduk :’) kenapa? Karena rasanya tuh,
senang iya, kecewa iya, sedih iya, emosi iya, baper iya. Senang karena akhirnya
penantian lamanya berakhir, jadi bisa ketemu Ari lagi. Kecewa karena banyak
yang nggak sesuai ekspektasi, but JUM is not bad at all. Sedih karena kisah
hidupnya Ari-Ata yang memilukan. Emosi karena sikap Ata yang benar-benar bikin
hipertensi. Baper karena harus nunggu lagi, iya nunggu Jingga untuk Sandyakala.
Yang katanya, merupakan buku terakhir dari Jingga series ini.
Kalau ditanya
rekomen atau nggak, aku merekomendasikannya untuk yang sudah baca JDS dan JDE.
Aku juga merekomendasikan Jingga series ini untuk penyuka novel teenlit dan
penggemar novel-novelnya Kak Esti. Kalau yang suka novel-novel kelas berat, ya
boleh lah dicicipi dulu JDS dan JDEnya. Soalnya kalau aku, kalau habis baca
novel yang berat pasti setelahnya aku butuh bacaan yang ringan. Nah, Jingga
series ini novel ringan yang bagus menurut penilaianku.
Aku kasih 3
bintang dari 5 bintang buat Jingga untuk Matahari.
… bahwa dalam setiap kebahagiaan sering kali tidak
sepenuhnya seperti yang terlihat, dan dalam setiap kesedihan juga sering kali
tidak sepenuhnya hanya tentang itu.—halaman 123.
ini serius terbitnya tahun 2017??
ReplyDeleteHai, maaf baru dibalas. Yap, terbitnya awal Januari 2017 :)
DeleteKak apa karakter Ata semenyebelin itu?? Aku baca review org lain trs banyak yg gk suka sama Ata. Dan agak sedih juga sih baca Ari jd agak lemah :(
ReplyDeleteHai, maaf baru dibalas. IYAAAAAA ATA SENYEBELIN ITU :") dan Ari bener-bener jadi lemah banget gitu :(
Delete