Indonesian Teenagers?

"Kamu ilang-ilangan aja aku tetep sayang"
"Kalo dunia sempit, aku udah sama kamu kali"
"Ketika cewe bilang 'gapapa' berarti dia 'ada apa-apa', ngerti nggak?"
"Gausah caper kalo ngasih kepastian aja masih bercanda"
"Gausah baper diliatin doi, itu karena dia punya mata"
"Yaelah kacang lupa kulit, baru dapet temen baru aja udah ngesok"
"Tamu gabakal masuk kalo tuan rumahnya ngga ngizinin masuk kok"
"Capek, berangkat pagi pulang sore. Udah kayak orang kerja. Kita bukan robot pak, bu! Kita capek hidup dengan kurikulum pendidikan seperti ini"
"Sekolah capek ya"
"Gua gasuka matematika, gua suka bola"
............. dll

Yaa, cuplikan "quotes" diatas menggambarkan potret generasi penerus bangsa Indonesia. Memang, tidak semuanya begitu. Namun, sebagian besar bertingkah seperti itu. Sedih bukan? Hanya mengeluh dan terus mengeluh. Lalu, jika yang dilakukan generasi penerus bangsa ini hanya mengeluh dan mengeluh, mau jadi apa bangsa Indonesia?

Wahai generasi penerus bangsa,
Berpikirlah lebih maju. Bukankah kalian sudah mengetahui tentang kebobrokan yang ada di negara kita? Bukankah kalian sudah mengetahui keburukan-keburukan yang ada pada negara kita sekarang ini? Atau kalian belum mengetahuinya sama sekali? Maka jika belum, bukalah matamu, segarkan pikiranmu, dan jernihkan hatimu. Lalu keluarlah dari zona nyamanmu dan pergilah mencari informasi tentang keaadan terkini di negara kita. Jika kalian sudah mengetahuinya, sudahkah kalian mencari solusi untuk meminimalisir kebobrokan yang terjadi di negara kita? Jika belum, marilah kita eratkan tali persahabatan antar sesama. Bersatu-padu membangun kembali negara yang sedang berada diambang kehancuran ini. Bersama-sama mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi.

Bukankah selama ini kalian selalu mengeluhkan tentang kurikulum yang ada di negara kita sekarang ini? Maka carilah solusi untuk membenahi sistem pendidikan di negara kita. Jangan hanya ngoceh di dunia maya. Lakukanlah kerja nyata, seperti mulai memperbaiki diri sendiri. Merubah pribadi ke arah yang lebih baik. Berpikirlah untuk menjadi menteri pendidikan dan kamu membenahi semuanya. Belajarlah untuk menerima, jika tidak sesuai maka kamu bisa mencarikan solusi yang baik agar bisa diterima. Ayo berusaha kawan, kalahkan rasa malas, pergi dari zona nyamanmu sekarang!

Teknologi semakin canggih, mempermudah segala kebutuhan komunikasi manusia. Zaman semakin modern. Proses dapat dipercepat, semuanya dapat diakses secara instan. Tapi, apakah kalian sadar bahwa kemajuan teknologi yang terus menerus ini membawa dampak negatif? Sekali lagi, bukalah matamu!

Akhir-akhir ini sedang ramai dengan quotes-quotes atau kata bijak di sosial media, line. Aku sebagai remaja yang juga menggunakan line, merasa sedih dengan banyak kehadiran akun "si bijak." Tahukah? Official akun tersebut kebanyakan merusak mental para remaja. Melemahkan semangat mereka. Membuat mereka krisis mental. Beranggapan cinta adalah segalanya. Hey, jalan hidup kalian masih panjang! Putus cinta bukan  berarti akhir dari segalanya. Aku tahu, memang sulit menghapus rasa sedih ketika putus cinta. Tapi aku yakin kalian bisa mengendalikan perasaan sedih itu. Memang, hidup ini mungkin saja masih panjang, tapi bukankah terlalu buang-buang waktu jika digunakan hanya untuk bergalau-galau suram? Hidup ini bukan sekedar quotes kawan :) masih bisa dimaklumi jika sesekali update quotes, anggap saja berlatih untuk meningkatkan kreativitas dalam bidang sastramu. Tetapi jika berkali-kali kamu melakukannya, sungguh keterlaluan lemah. Maaf mungkin  terlalu kasar. Tetapi itulah nyatanya, aku yakin 100% setelah itu kamu akan terus galau dan terus berharap orang yang katanya kamu cinta itu bisa datang padamu dan membahagiakanmu... Go on, masih banyak hal- hal di luar sana yang bisa kamu kerjakan. Maka dari itu, kendalikan perasaanmu pada smartphone-mu itu. Gunakan teknologi canggih tersebut untuk hal-hal yang berguna, kendalikan pemakaiannya. Jangan mau dibodohi oleh smartphone! 

Comments

Popular posts from this blog

[BOOK REVIEW] Secangkir Kopi dan Pencakar Langit by Aqessa Aninda

[BOOK REVIEW] Nais Tu Mit Yu by Dina Mardiana

[BOOK REVIEW] Tentang Kamu by Tere Liye