[MOVIE REVIEW] Dilan 1990

Hula! 

source: google


Alhamdulillah, hari ini aku punya kesempatan lagi untuk menulis sebuah review film lokal. Yoi dong, hari ini aku akan review sebuah film lokal yang lagi boombastis banget terutama di kalangan muda-mudi. Film ini berhasil tembus 6juta++ atau sudah sampai 7 juta ya??? Yup, film yang akan aku review adalaaaaaaaaaaaaaah......... Film Dilan 1990. Yay!




source: google



[FYI! FYI! FYI!]



Sebelum menonton filmnya, alhamdulillah aku sudah meng'khatam'kan novelnya terlebih dahulu. Baik Dilan 1990, 1991, & Milea. Jadi, reviewku disini insya Allah akan menilai film Dilan dari sisi film adaptasi novel dan sisi film murni.


cover novel Dilan
source: google


[LANGSUNG AJA DEEEH... BURU!]



Well, setelah tampilan lulus sensor, ternyata banyak BANGET iklan bahkan iklan film yang disisipkan. Untuk aku sendiri sih merasa sedikit terganggu ya, tapiiiii yaaaaaaa its ok-lah, masih bisa ditolerir. Hanya saja, aku prefer untuk kedepannya film-film lokal lebih dikurangin aja sih ya iklan setelah tampilan lulus sensornya. Soalnya bikin bete aja gitu. Kan pengen cepet-cepet nonton tauk! *ngegas* xD Dan kisah Dilan dimulai dari scene yang ada di awalan trailernya...


[Gimana Pemeran-Pemerannya?]

Di scene-scene awal, aku merasa akting kedua pemeran utama (Vanesha & Iqbaal) masih agak-agak kaku. Rasanya seperti ditahan-tahan, belum bisa lepas. Chemistrynya nggak langsung nancep gitu. Tapi, di akhir-akhir bolehlah chemistrynya. Bisa deh pokoknya bikin penonton senyum-senyum sendiri :D

source: google
Stereotype aku ke Iqbaal juga masih nempel banget, "good boyband yang ganteng". Rasanya tuh ketar-ketir pas nonton di menit-menit pertama. Takut kecewa, takut Iqbaal gagal meranin sosok Dilan. Padahal pas tau pemeran-pemeran di film Dilan siapa aja tuh, aku udah ngasih low expectation untuk film Dilan. Karena yaa, alasan yang sama lah ya, seperti pembaca yang lainnya. Aku mengimajinasikan sosok Dilan yang seperti Adipati, Nicholas Saputra, atau bahkan Jefri Nichol. Yang memiliki jiwa-jiwa bad boy dari penampilannya. Jadi, jujur aja aku tuh agak underestimate terhadap kemunculan film ini. Bahkan, sampai nggak yakin untuk menonton filmnya. Tapi, karena aku cinta Dilan, aku tetap menonton filmnya. xx



Nah, setelah sekian lama, pucuk dicinta ulam pun tiba! Lha?! Semakin lama ditonton, Iqbaal semakin enjoy! Iqbaal berhasil memerankan sosok Dilan dengan baik. Memang tidak sempurna, namun menurutku sudah cukup baik. Iqbaal pun berhasil menampik sisi dirinya yang "boyband" dan "alim" menjadi "good boy gone bad" hahaha. Pokoknya, akting Iqbaal sebagai sosok Dilan itu beyond my expectations.  Iqbaal patut diacungi jempol sih, karena meski belum sempurna tetapi penonton cukuplah untuk dibuat 'WoW'. Tolong yang kemarin ribut-ribut nggak setuju Iqbaal memerankan Dilan, tolong ya hapus lagi lah komentarnya.



Apalagi senyumnya Iqbaal itu.... alamaaaaaaak, nggak kuat aku tuh. :""")


alamak senyumnyaaa :')
source: google


Scene Dilan senyum ke Milea:

"AAAAAA, UUUUUUUUUUU"
"Subhanallah"
"MasyaAllah"
Satu bioskop ramai teriakan ciwi-ciwi. Kalau aku sih, tahan aja teriakannya, cukup dengan senyum simpul. #coolkids HEHE

Kemudian untuk akting Vaneshanya sendiri sebagai Milea, juga masih terkesan kurang lepas dan agak kaku. Akting nangis-nangisnya Milea nggak tau kenapa feelnya nggak dapet banget :(

Apalagi pas di bagian ke Jakarta (ada di trailernya). Ampun deh, emosinya kurang banget menurut aku. Padahal di trailer kesannya, "wah mantap nih emosi marahnya." Eh pas bagian scene tersebut muncul di filmnya, kurang dramatis suasananya :( adegan-adegan Beni nonjok Nandan juga nggak begitu terasa panas kebenciannya. Cuman teriak-teriaknya aja yang keras banget.

Vanesha as Milea
source: google


Tapi, jujur nih ya, agak lucu juga sih. Aku merasa akting Vanesha tuh kadang-kadang dapat banget sebagai sosok Milea. Tapi, entah mengapa nggak konsisten gitu. Tiba-tiba hilang lagi penjiwaannya sebagai Milea, balik kaku lagi. Ini menurut pengamatanku, lho, ya.



Overall sih akting Vanesha ya ok lah. Aku maklum kalau masih banyak kurangnya, karena setahuku film Dilan ini menjadi debut film pertamanya. Wajar sih, masih pendatang baru juga kan. Semoga kedepannya semakin berprogress yaaah.


Pemeran-Pemeran Film Dilan
source: google
Nah, untuk akting pemeran-pemeran pendukungnya, lumayan lah ya, malah bisa dibilang lumayan banget. Piyan pas banget. Kang Adi, yaampun love banget dah sama Refal Hady!<3 Anhar oke banget! Sumpah sih, yang jadi Anhar tuh aktingnya gokillll. Perangai ngeselinnya dapet banget! Wati ok. Susiana ok sih, tapi kurang greget ganjen dan sikap ngeselinnya. Padahal di deskripsi novelnya kan si Susi teh ngeselin abis.



Terus yang jadi Pak Suripto tuh, kurang tua ye mukanya, hehe. Soalnya bayanganku, Pak Suripto tuh guru rada tua yang ngeselin abis. Tapi untuk aktingnya lumayan sih, perangai guru killer ngeselinnya bisa diperankan dengan cukup ngeselin! Huvt! Pas scene Dilan sama Pak Suripto jadi mantep banget lah ya, membuat gejolak di filmnya.


In frame: Pak Suripto, Dilan, Piyan
source: google

Akting pemeran keluarganya Milea sama Dilan ok banget sih. Sesuai dengan yang ada di deskripsi novelnya. Ditambah lagi pemeran ibunya Milea sama Dilan tuh aktris senior, jadi yaudahlah ya, no comments!


Overall, akting dari semua pemeran yang ada sudah cukup baik. Semua gaya pemerannya benar-benar diusahakan untuk mirip semirip-miripnya dengan apa yang terdeskripsi di novelnya. Sehingga aku sebagai pembaca novel dan penonton filmnya nggak kecewa.


 
source: google

[Lanjut Komentar untuk Setting]


Untuk masalah settingnya sih, lumayan yah. Yaelah, lumayan aja terus bilangnya?! Ya tapi memang benar adanya. Hanya sajaaa, menurutku suasana tahun 1990annya belum terasa begitu kental ya. Suasananya masih kekinian banget. Terutama lingkungan sekolahnya sih ya. Zaman now banget gitu kesannya. Susah sih memang buat ngebentuk suasana jadulnya.

source: google


Scene Milea-Bunda Dilan di mobil juga tuh, yaampun nggak rapih banget:( Editannya ala-ala ind*si*a* banget. Sangat menyayangkan scene yang ini sih. Tapi, untungnya sisa scene Milea-Bunda bagus. Rasa kasih sayangnya sampai banget ke aku sebagai penonton. Mari berdoa punya ibu mertua sebaik Bunda :))

Aaakh, satu komentar lagi untuk settingnya. Aku agak terganggu dengan keadaan warungnya Bi' Eem. Sumpah, itu warung apa kafe :( Soalnya seingatku, di novelnya tuh warungnya kaya warung tongkrongan yang nggak sebersih dan semewah di filmnya. Tapi, untunglah tampilan sang pemeran Bi' Eemnya sesuai dengan bayanganku, sangat sederhana dan bersahaja. Kalau tidak, parah siih kecewa banget pasti haha.




[Random Review]

source: google


Well, sepanjang menonton filmnya, aku sempat merasa bosan, karena merasa filmnya sangat monoton, datar-datar saja gitu rasanya. Tidak ada gejolak atau hal-hal kejutan yang dilansirkan di dalam filmnya. Makanya scene-scene tawuran dan berantem tuh membantu menghidupkan filmnya banget. Bumbu komedinya juga membantu. Terutama di scene-scene terakhir. Sumpah deh, kalau nggak ada bumbu komedinya kayanya bakal garing dan cheesy banget filmnya.



Mungkin, filmnya terasa monoton karena benar-benar disesuaikan dengan novelnya ya. Well, semua perkataan Dilan di novelnya bisa dipastikan hampir semuanya muncul di filmnya. Semua quotes-quotes Dilan dilantangkan oleh Iqbaal dan omgggggg!!!! Nggak kuat, senyumnya Iqbaal itu, lho.




Dan Iqbaal, like what I've said before, do it very well. YaAllah sumpah. Aku awal nonton tuh masih kaya gini:

"Aduh, bayangan Iqbaal sebagai anak boyband masih tersangkut banget," tapi lama-kelamaan aku enjoy juga. Dan ikut senyum-senyum sendiri karena Iqbaal menjiwai sosok Dilan dengan cukup baik.
Terutama sih, gaya tengil-tengilnya Dilan, selo-selonya Dilan, marah-marahnya Dilan, unik-uniknya Dilan, itu diperankan Iqbaal dengan baik banget sih menurutku. Speechless, nggak menyangka Iqbaal bisa setengil itu hahaha.
source: google


Semakin ke scene akhir-akhir, gombalan-gombalan ala Dilan yang unik dan lucu itu muncul. Bikin penonton yang ciwi-ciwi tersipu-sipu dan tersapu-sapu, lho lho? Hehehe. Yah, pokoknya gitu deh.



source: google


Kalau ada yang tanya, "filmnya cheesy nggak?"

Aku bakal jawab, enggak. Kenapa? Karena ya ini Dilan, sosok yang unik dan berbeda dari karakter cowok-cowok lainnya. Tapi, memang sih di awal film agak-agak cringe gimana gitu, karena masih belum bisa dapet jiwa Dilan di Iqbaalnya, tapi lama-lama dapet banget kok!


Kalau ada yang tanya, "filmnya bagus nggak?"

Aku bakal jawab, bagus tapi nggak amazed for me. Hampir keseluruhannya sama persis kaya yang ada di novel. Jadi nggak ada hal-hal baru yang bikin wow atau bertanya-tanya.


Sebagai film adaptasi, film Dilan ini benar-benar merujuk ke novelnya. Jadi, penonton yang sudah pernah membaca novelnya nggak akan mengeluarkan keluhan berupa "ah, beda nih sama yang ada di novelnya." Nggak akan sih, fix. Sama banget soalnya bosssss...


Kalau ada yang tanya, "jadi, wajib banget ditonton nggak?" Well, it's up to you, guys.
Menurutku sih ya, bagi kalian yang sudah pernah menamatkan novelnya, dan menganggap Iqbaal kurang Dilan-able, better untuk mencoba menikmati filmnya dulu. At least, apresiasi-lah usaha Ayah Pidi Baiq, hehe. :)
tiketku ehehe

Intinya sih, secara keseluruhan film Dilan 1990 ini bagus. Berhasil melebihi ekspektasi di berbagai sisi, meski pun banyak yang belum sempurna. At least, aku sebagai pembaca juga penonton filmnya, nggak dibuat kecewa gitu lho, hehe. Dibikin terngiang-ngiang sama senyumnya Iqbaal malah ahahah xD

source: google


[Dikit lagi selesai nih reviewnya... Sabar!]

Me in the very first watching Dilan 1990:
"Kau bidadari, jatuh dari surga...."

source: google


Me after watching Dilan 1990:

"Jangan rindu, rindu itu berat. Kamu tak akan kuat. Biar aku saja...."

source: google

By the way, soundtracknya Dilan enak di dengar banget sih, slow-slow nenangin gimana gitu... Terutama yang "Rindu Sendiri" yang dinyanyiin sama Iqbaalnya sendiri hehe. ♮

Soal rating Dilan 1990.... aku kasih 7,5/10! Yeay! 


Aku berharap, semoga Dilan 1991 lebih baik lagi produksinya, terutama bagian editingnya yaa. Semoga nggak ada lagi scene-scene yang editannya begitu kentara dengan jelas.  Dan semoga nggak terlalu monoton seperti yang terjadi di 1990. Semoga akting pemeran-pemerannya juga makin pecahhhh! Sekian review dariku, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, karena review ini subjektif dari sisi pengamatanku saja. 



See you soon, Dilan 1991! Cheers! :D💌

 
source: google

Comments

Popular posts from this blog

[BOOK REVIEW] Secangkir Kopi dan Pencakar Langit by Aqessa Aninda

[BOOK REVIEW] Nais Tu Mit Yu by Dina Mardiana

[BOOK REVIEW] Tentang Kamu by Tere Liye