[MOVIE REVIEW + LIFE JOURNAL] Surga yang Tak Dirindukan 1 & 2
[LIFE JOURNAL] Film SYTD 1??? Film apa tuh? Film poligami?
Siapa yang tidak kenal dengan penulis tersohor, Asma Nadia?
Namanya sudah menembus hingga negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunei
Darussalam. Tulisan-tulisannya yang bernuansa islami selalu berhasil
menyayat-nyayat hati, terutama bagi para muslimah. Tulisan beliau tidak
berhenti hanya sebagai tulisan, namun berhasil divisualisasikan menjadi bentuk
film. Sudah banyak novel-novel beliau yang diadaptasikan ke dalam bentuk film.
Salah satunya adalah Surga yang Tak Dirindukan. Dan kali ini, aku akan membahas
film Surga yang Tak Dirindukan 1 & 2 berdasarkan pengalamanku bersama
teman-teman perempuan kelasku.
![]() |
In frame: Asma Nadia Source: Google |
Sebelumnya, aku akan melampirkan cerita menarik bagaimana aku
bisa tertarik dengan film SYTD. Kenapa tidak langsung aku review? Karena ini
bagian penting dari pengalamanku. Untuk teman-teman yang keberatan, bisa
langsung scroll ke reviewnya saja :)
Jadi, bagaimana aku bisa tertarik dengan film ini?
Suatu hari, aku bersama teman-teman perempuanku—yang pada saat itu masih kelas
12, sekarang sudah mahasiswi cie :))— sedang mengadakan forum diskusi bersama.
Ingat, diskusi lho ya bukan gosip. Beda tipis, hehe. Awalnya aku lupa kami
sedang membicarakan hal apa, tetapi tiba-tiba perbincangan kami mengarah ke
hal-hal pernikahan. (((Wajar kan jika anak seumuran kami membicarakan hal-hal
seperti itu? Kan sudah pada baligh, hehehe.)))
Dan tibalah saat aku melontarkan
pertanyaan yang sekejap terlintas di kepalaku,
"kalau suami kalian nanti poligami, kalian setuju nggak?"
Suasana langsung hening tapi nggak hening
banget sih, cuma jadi nggak nyaman aja.
Ada yang jawab nolak mentah-mentah,
"dih ya enggaklah",
"gua cerein langsung!",
"Emang lu
rela bagi-bagi? Gua sih nggak."
Ada yang bimbang,
"aduh gimana ya,
gatau deh",
"nggak setuju, tapi kan laki-laki emang boleh poligami,
jadi gimana ya.."
Ada juga yang jawabnya bercanda,
"sebelum suami
gue poligami, gue poliandri duluan haha",
"gapapa asal duitnya teteup
lancar"
bahaya yah bercandanya xD
Lalu, ada yg setuju nggak? Hampir
semuanya bilang nggak setuju dan diam karena bingung. Aku sendiri pun termasuk
yang ragu-ragu, antara setuju dan tidak. Tapi satu hal yang pasti, kami sebagai
perempuan pastinya lebih memilih dijadikan satu-satunya dibanding diduakan,
ditigakan, atau diempatkan. Allah membolehkan poligami sesuai dengan firmannya;
![]() |
Source: Google |
"ADIL" , masalahnya, bisakah seorang suami bersikap
adil secara mutlak? Dari kacamataku yang masih remaja ingusan dengan ilmu
sedikit ini, seorang suami tidak akan pernah bisa bersikap adil secara mutlak
jika mempunyai istri lebih dari satu. Pasti akan ada yang lebih berat sebelah.
Dan hal ini bisa berdampak pada kecemburuan sosial dan dosa bagi si suami.
Wallahu alam bisshawab
.
Setelah perbincangan serius tersebut, salah satu temanku
membahas film SYTD yang pertama. Dia bilang, filmnya sedih banget. Katanya,
sering diputar di stasiun tv lokal setiap lebaran. Beberapa temanku menyahuti,
"iya gila, sedih banget", "yuk nonton, gue punya filmnya."
Keesokan harinya, langsung disetel film SYTD di kelas dan
disambung dari laptop ke proyektor. Awalnya, anak perempuan aja yang euphoria.
Anak laki-lakinya nggak peduli. Setelah filmnya mulai beranjak serius,
tiba-tiba saja anak laki-laki mulai duduk diam menonton. Waw, speechless. Eh
nggak lama kemudian, bu Ida—sang guru sosiologi yang sangat baik hati—datang ke
kelas, dan kebetulan sekali beliau sedang dikejar deadline tugas lainnya,
sehingga kita dapet free class, yeay! Jum'at barakah banget deh pada saat itu.
![]() |
Source: Google |
[REVIEW SYTD PART 1] So, hows our reaction after watching the movie?
We cried a lot. We were sooo speechless. Like seriously, teman
laki-lakiku juga pada berair matanya tapi ditahan supaya nggak nangis. Ada juga
yang nggak berair mata tapi dia bengong. Bengong karena filmnya bisa
"sengena" itu. Ada juga yang sok kuat, tapi aku tahu dari
gerak-geriknya, dia juga "ngena" abis sama filmnya. Kalau yang
perempuan, nggak usah ditanya lah ya, "deres" semua sampai tisu abis
:') sumpah, film SYTD tuh semacam punya kekuatan magis yang bikin penontonnya
nangis. 'jleb' banget.
![]() |
Source: Google |
Menurutku, alur ceritanya dikemas dengan sangat baik. Sayangnya
banyak sekali editan yang kurang rapi di film pertamanya. Editan ala-ala ind*siar
gitu deh. Dan beberapa pengambilan gambarnya kurang bagus, serta kualitas
kameranya juga belum sebaik di SYTD 2. Ya maklumlah, pada waktu itu belom zamannya dunia per-fotografi-an dan cinematografi
hitz.
Untung saja, alur filmnya cepat, jadi kekurangan-kekurangan dari
sisi pengambilan gambar dan editannya langsung terkubur. Nggak terkubur juga
sih, paling nggak bisa ditahan-tahan dulu komentarnya. Karena chemistry aktor
dan aktris utamanya yang sangat luar biasa! Yup, siapa lagi kalau bukan Fedi
Nuril - Laudya Chintya Bella. Aku apresiasi banget sih sama aktingnya mereka
berdua. Suasana keluarga kecil yang hangat tuh benar-benar terbangun dengan
baik oleh adanya mereka berdua. Untuk chemistry Fedi Nuril - Raline Shah tuh
menurutku agak kurang klop ya. Tapi untungnya akting mereka secara personal
sangat-sangat professional. Fedi - Raline terkesan kaku banget chemistrynya,
atau memang sengaja dibuat begitu ya? Untuk membedakan kehidupan dengan istri
pertama dan istri kedua.
![]() |
In frame: Mas Pras - Arini Source: Google |
![]() |
In frame: Mas Pras - Mei Rose |
TERUS akting Nadia—yang aku nggak tau nama aslinya siapa—(anaknya Fedi - Bella di film) juga keren banget! YAAMPUN,
kepolosannya itu bikin penonton nangis tersedu-sedu. Ea lebay, aku memang
cengeng sih sama film-film begini haha. Tapi, teman-temanku yang anti nangis
karena film sedih aja sampai berkaca-kaca wey?!
![]() |
In frame: Ayah Pras - Nadia Source: Google |
Masalah endingnya ini TERKAMPRET banget ya sodara-sodara. Mohon
maaf jika terkesan kasar. Tapi. Sumpah. Deh. Ya. Kalau kalian berhasil
menikmati film SYTD 1 sampai nangis sesenggukkan pasti KZL abis sama endingnya!
Hft. Ngegantung, tapi juga nggak ngegantung sih. Kalau aku sih nangkepnya jadi
bertanya-tanya, dan ah kurang jelas gitu. Nggak berakhir dengan,
"tok!" gitu lhooo. Rasanya cuma sedih dan marah, "buset gue udah
nangis sebegininya, eh endingnya begono?!?!?!" Stop, aku tuh nggak bisa
diginiin, Mas Praaaasss.
Ternyata oh ternyata, ada sekuelnya pemirsaah
tercintaaah...
[BACK TO LIFE JOURNAL] INTO SYTD PART 2
Nah, setelah kita-kita, eh kami-kami ini selesai menonton SYTD 1, kami langsung
cus konek WiFi sekolah untuk lihat trailer SYTD 2. Aku juga sempat cek twitter
Bunda Asma buat lihat kapan tayangnya. Ternyata perkiraannya Desember.
Yaudahlaah, langsung saja lah kami itu fokus lihat trailernya
dan teriak-teriak
"FIX NONTON BARENG WOI SEKELAS!!!!"
"WAH GAMBARNYA UDAH KEREN"
"EDITANNYA UDAH NGGAK ALA-ALA IND*SI*R"
"ADA REZA RAHARDIAN WOI GILE NGAPAIN DIA LAGI YA"
"FIX PASTI SERU BGT"
Sebenarnya, yang teriak-teriak itu ya anak-anak wedok kelas
kami. Anak laki-laki mah cuma senyum-senyum sok cool aja, sambil dalem hati
ngejek "alah paling wacana."
Setelah melalui lika-liku tryout dan UAS di semester 5, kami
dihadapkan pada pemberitahuan bahwa SYTD 2 diundur jadwal tayangnya menjadi
Februari. Yaaah, cukup kecewa. Karena mulai bulan Februari-lah kami akan perang
menghadapi ujian-ujian maha berat bagi kelas 12. Namun, pada akhirnya kami
mengikhlaskannya dan sabar menanti.
Hingga Februari tiba...
![]() |
Source: Google |
Kami langsung menetapkan tanggal, dan jadilaah kami menonton bersama (GIRLS
ONLY). Nggak full team sih, tapi 90% hadir, yeay! Kami puas banget pamer-pamer
ke grup kelas, kalau kami ini #AntiWacanaWacanaClub plus kirim foto-foto
bahagia kami. Pas kami nonton, kami termasuk yang penonton pertama yang dapat
CD Soundtrack SYTD 2 gratis!
Oya, ada cerita lucu terkait CD Soundtracknya. Kami ini saking
excitednya, agak norak, lupa berpikir jernih, dan mengira CD Soundtrack itu
isinya film aslinya. Lalu kami laporan lah ke teman kami yang berhalangan
hadir, bahwa kami dapat film orinya secara gratis dan bisa diputar di kelas
nanti. Bahkan salah satu temanku, mencoba berhitung menetapkan harga untuk
menjualnya. PADAHAL itu CD isinya soundtracknya doang. Dan kami baru sadar akan
hal ini setelah kami sampai di rumah masing-masing. WKWKWKWK, tampaknya kami
terlalu lelah untuk berpikir jernih.
[REVIEW SYTD PART 2] OH. MY. GOD.
![]() |
Source: Google |
Tisu mana tisu? Well, sampah tisu sampai tak terhitung. Hampirrrr semuanya
menangis, ada beberapa temanku sih yang nggak nangis, karena hatinya batu!
WKWK, nggak deeeng, bukan karena hatinya batu, karena memang mereka bukan
tipikal penonton yang cengeng-cengeng kaya aku.
![]() |
Sampah tisu yang kuhabiskan :)) |
Dua kata untuk SYTD 2: SUPER SEKALI. Plotnya yang sederhana
dibalut oleh setting luar negeri yang luarrr byasah!!! Cinematografinya sudah
oke banget dong, pengambilan gambarnya juga keren banget. Editingnya patut
diacungkan dua jempol. Suatu kemajuan dari SYTD 1 yang editingnya menurutku
masih kurang baik.
Tapi sayang banget, di awal-awal film, ada percakapan Panji sama
orang Budapest aslinya (kalau aku nggak salah) di radio lagi isi suara gitu,
tapi nggak ada subtitlenya :( jadi bingung dia ngomong apa toh. Dan itu salah
satu scene yang sebenarnya lucu, tapi jadi nggak bisa ketawa karena nggak
ngerti bahasanya hehe. Aku tahu itu lucu dari gerakan badan dan mimik mukanya.
Nah, kalau di SYTD 1 lebih banyak drama arah ke sinetronnya,
kalau di SYTD 2 nggak! Dramanya ya tetap ada ya, wong ini kelanjutan kisah Mas
Pras-Arini-Mei. Banyak banget bumbu komedinya, ada KEMAAAL soalnya woy!! Jadi
nggak tegang-tegang banget nih ya nontonnya.
Terus kalau di review SYTD 1, aku katakan chemistry Fedi-Raline
nggak terlalu kebentuk, nah di SYTD 2 chemistry mereka lebih kerasa feelnya.
Dan, subhanallah walhamdulillah, semakin cantik aja Mbak Raline nih :’) sampai
pas pertama kali Raline muncul di filmnya, aku secara impulsif “Allahu, cantik
banget.” Literally cantik banget, dan tampilannya di film sungguh-sungguh
anggun. Sampai lupa aku tuh kalau disini dia posisinya sebagai istri kedua…
![]() |
Source: Google |
Plotnya seperti yang aku bilang cukup sederhana yah, dan sebenarnya
sudah bisa ditebak dari trailernya. Tapi endingnya itu lho, yaAllah, aku tuh
nggak bisa diginiin… :( dari trailernya juga sudah kelihatan itu arah cerita
endingnya bakal gimana. Tapi dengan nonton trailernya aja tuh pasti belum bisa
nebak dengan pasti endingnya bakal seperti apa. Wong aku yang nonton aja masih
nebak-nebak. Susah. Banget. Ditebak. Soalnya sepanjang film tuh
dikabur-kaburkan gitu deh. Biar penonton nggak gampang nebak. Yah, walaupun aku
juga nggak begitu kaget sama endingnya, karena emang pilihannya cuma 2, kalau
nggak a, ya b. Tetap aja pas sampai di ending hatiku begitu
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaRGH, nggak bisa bilang apa-apa. Karena aku cuma bisa nangis
sambil nyedot ingus hahah :(
![]() |
Source: Google |
Oya, seingatku film ini juga tembus 1-2juta penonton. Well,
aktor dan aktrisnya memang senior semua. Bahkan pemain barunya pun seorang Reza
Rahadian. Reza. Rahadian. Reza woi. Yang terkenal kalau film-film yang ada
dianya tuh pasti selalu laku dan beneran bagus.
![]() |
Source: Google |
![]() |
Source: Google |
Overall, aku puas sama film SYTD 2 karena banyak banget progress
yang menghidupkan cerita dan menambah nilai positif dari film itu sendiri.
Selain itu, pesan yang terkandung di dalam film ini membuatku sadar dan
berorientasi untuk terus melangkah dalam kebaikan. Intinya sih, belajar banget
dari film ini, bahwa belum tentu yang kita pandang buruk itu benar-benar buruk,
dan belum tentu yang kita pandang baik itu benar-benar baik. Terus juga dari
film ini aku dapat satu quotes yang benar-benar terngiang di otakku, quotes ini
diambil dari percakapan Arini sama --- *aku lupa siapa* tapi yang jelas, Arini
yang mengatakannya seperti ini:
“Kematian itu pasti, setiap orang
beriman pasti merindukannya.”
![]() |
Source: Google |
Wah. Langsung aku tuh. Makjleb. Tiba-tiba langsung inget-inget
dosaku sendiri dan mengoreksi lagi masalah imanku.
Akhirnya, selesai sudah review ini. Semoga ada manfaat yang bisa diambil.
Jikalau banyak kekurangan atau kata-kata yang tidak mengenakkan, mohon
dimaafkan! Sampai jumpa di review-review lainnya, bay bay!!
p.s. to renai gurl: kapan girls days out part two-nya? :D
![]() |
Bonus foto yeaa, fotonya nggak full team btw HEHE |
Wah.. soal kontroversi poligami. :D
ReplyDeleteSaya belum pernah nonton yang pertama, Mbak. Untungnya waktu nonton yang kedua, jalan ceritanya lumayan bagus, meskipun agak hayal awalnya.
Sebagai bukan pendukung poligami, saya melihat cerita ini sebagai reminder bahwa poligami gimanapun ada. Melihat gimana temen-temen yang dimadu, dari merasa diduakan hingga merasa harus membalikkan argumen, bahwa dia ngga bisa membiarkan keadaan keluarganya hancur sampai harus jadi 'pahlawan' dengan berusaha berbesar hati menerima, saya ngga bisa melihat alasan 'kan dibolehkan' jadi alasan seorang suami ambil keputusan poligami. (dalam cerita itu, poligami yang secara terpaksa dilakukan karena terjebak saja sudah mengorbankan istri pertama).
Waduh.. maaf saya lupa sih, dengan nama-nama di dalam cerita itu. jadi agak ribet nulisnya, wkwkwk
Unduh aplikasi MovieBox untuk menonton film dan acara TV secara gratis. MovieBox diterbitkan secara gratis, pengguna dapat dengan mudah mengunduh MovieBox di https://movieboxprofession.com/
ReplyDelete